Halaman

Terjemahan Tafsir Jalalain dan Sejarah Penulisnya

Tafsir Jalalain adalah salah satu karya tafsir Al-Qur'an yang paling populer di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Dikenal karena kesederhanaan bahasanya, Tafsir Jalalain menjadi rujukan utama dalam memahami Al-Qur'an, baik di kalangan pelajar maupun ulama. Artikel ini akan mengupas terjemahan Tafsir Jalalain, sejarah penulisnya, dan pengaruhnya di dunia Islam.

Tentang Tafsir Jalalain

Nama "Jalalain" merujuk pada dua penulis utama tafsir ini, yaitu Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, yang sama-sama merupakan ulama besar dari Mesir. Tafsir ini terkenal sebagai tafsir yang ringkas, namun padat dengan makna. Penjelasannya bersifat lugas dan langsung menguraikan ayat-ayat Al-Qur'an tanpa memasukkan pembahasan mendalam tentang persoalan fikih, akidah, atau aspek kebahasaan lainnya.

Terjemahan Tafsir Jalalain tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Terjemahan ini bertujuan untuk membantu umat Islam yang tidak memahami bahasa Arab klasik agar tetap dapat mengakses penjelasan Al-Qur'an. Di Indonesia, terjemahan Tafsir Jalalain sering diajarkan di pesantren-pesantren dan menjadi bagian dari kurikulum pendidikan Islam.

Sejarah Penulisan Tafsir Jalalain

1. Jalaluddin al-Mahalli (Penulis Pertama)

Jalaluddin al-Mahalli adalah ulama besar yang lahir pada tahun 1389 M (791 H) di Kairo, Mesir. Nama lengkapnya adalah Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Mahalli. Beliau dikenal sebagai seorang faqih (ahli fikih) dalam mazhab Syafi'i, seorang ahli ushul (prinsip-prinsip hukum Islam), dan pakar tafsir Al-Qur'an.

Al-Mahalli memulai penulisan Tafsir Jalalain pada tahun 1459 M (864 H). Beliau memutuskan untuk menulis tafsir ini dengan pendekatan yang lebih sederhana, sehingga dapat diakses oleh masyarakat umum. Penulisan tafsir dimulai dari surah Al-Kahfi hingga surah An-Nas, bagian akhir dari Al-Qur'an.

Namun, Jalaluddin al-Mahalli meninggal dunia pada tahun 1460 M (865 H) sebelum sempat menyelesaikan tafsir bagian awal Al-Qur'an, yakni dari surah Al-Fatihah hingga surah Al-Isra’.

2. Jalaluddin as-Suyuthi (Penyempurna Tafsir Jalalain)

Setelah wafatnya al-Mahalli, Tafsir Jalalain disempurnakan oleh Jalaluddin as-Suyuthi, seorang ulama besar yang juga berasal dari Mesir. Nama lengkapnya adalah Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad al-Khudairi as-Suyuthi. Beliau lahir pada tahun 1445 M (849 H) di Kairo dan dikenal sebagai seorang polymath, yakni ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu seperti fikih, hadis, sejarah, linguistik, dan tafsir.

As-Suyuthi melanjutkan penulisan Tafsir Jalalain pada tahun 1469 M (875 H) dengan menggarap bagian awal Al-Qur'an dari surah Al-Fatihah hingga surah Al-Isra’. Penulisan ini selesai dalam waktu singkat, menunjukkan kemampuan beliau dalam ilmu tafsir dan bahasa Arab.

Ciri Khas Tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya berbeda dari tafsir lainnya:

  1. Sederhana dan Ringkas
    Tafsir ini hanya memberikan penjelasan singkat terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, tanpa masuk ke dalam perdebatan panjang antarmazhab atau tafsiran filosofis.

  2. Bahasa yang Mudah Dipahami
    Penulisan Tafsir Jalalain menggunakan bahasa Arab yang jelas dan mudah dipahami, sehingga cocok untuk pelajar pemula dalam bidang tafsir.

  3. Berfokus pada Tafsir Lafziyah
    Tafsir Jalalain lebih menekankan pada penjelasan lafziyah atau arti harfiah dari ayat-ayat Al-Qur'an. Penafsiran metaforis atau analisis mendalam jarang ditemukan dalam tafsir ini.

  4. Sesuai Mazhab Syafi’i
    Tafsir ini mengikuti pandangan fikih Mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab mayoritas di Indonesia.

Terjemahan Tafsir Jalalain di Indonesia

Di Indonesia, Tafsir Jalalain menjadi salah satu kitab tafsir yang paling banyak diterjemahkan. Terjemahan ini tersedia dalam berbagai format, mulai dari buku cetak hingga versi digital yang dapat diakses secara online.

Terjemahan Tafsir Jalalain ke dalam bahasa Indonesia dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan Muslim untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu terjemahan populer adalah karya KH. Bisri Musthofa, ulama asal Rembang, Jawa Tengah. Terjemahan ini dikenal sebagai "Tafsiran Qur’an Jalalain" yang menggunakan bahasa Jawa pegon dan diajarkan di banyak pesantren tradisional.

Terjemahan lainnya menggunakan bahasa Indonesia modern untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Terjemahan ini biasanya dilengkapi dengan catatan tambahan untuk menjelaskan konteks ayat-ayat Al-Qur'an yang mungkin sulit dipahami tanpa pengetahuan bahasa Arab.

Pengaruh Tafsir Jalalain di Dunia Islam

Tafsir Jalalain memiliki pengaruh besar di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Beberapa alasan mengapa tafsir ini begitu penting adalah:

  1. Rujukan di Pesantren
    Di Indonesia, Tafsir Jalalain menjadi salah satu kitab wajib yang diajarkan di pesantren. Para santri mempelajari tafsir ini untuk memahami Al-Qur'an sebelum melanjutkan ke kitab tafsir yang lebih kompleks seperti Tafsir Ibnu Katsir atau Tafsir al-Maraghi.

  2. Kesederhanaan yang Mempermudah Pemula
    Karena penjelasannya yang sederhana, Tafsir Jalalain menjadi pintu masuk yang ideal bagi mereka yang baru mulai mempelajari tafsir Al-Qur'an.

  3. Penyebaran Ilmu Keislaman
    Tafsir Jalalain telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Melayu, Urdu, Turki, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tafsir ini memiliki daya tarik lintas budaya dan bahasa.

  4. Panduan Praktis bagi Umat
    Tafsir ini juga digunakan sebagai panduan praktis dalam kehidupan sehari-hari umat Islam, karena penjelasannya langsung kepada inti ayat tanpa menyulitkan pembaca.

Kontroversi Seputar Tafsir Jalalain

Meskipun sangat dihormati, Tafsir Jalalain juga menghadapi kritik, terutama dari kalangan yang menginginkan tafsir yang lebih mendalam. Beberapa kritik utama meliputi:

  1. Kurangnya Pembahasan Mendalam
    Beberapa ulama merasa bahwa Tafsir Jalalain terlalu singkat dan kurang membahas tafsir ayat-ayat tertentu secara mendalam.

  2. Keterbatasan dalam Menjawab Isu Modern
    Karena ditulis pada abad ke-15, Tafsir Jalalain tidak membahas isu-isu kontemporer yang relevan dengan umat Islam modern.

  3. Ketergantungan pada Mazhab Syafi’i
    Beberapa kalangan dari mazhab lain merasa bahwa Tafsir Jalalain terlalu terfokus pada pandangan Mazhab Syafi’i, sehingga kurang memberikan perspektif mazhab lain.

Namun, kritik ini tidak mengurangi nilai penting Tafsir Jalalain sebagai salah satu karya tafsir yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Tafsir ini tetap menjadi rujukan utama bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.